31 Juli 2009

Bahasa Perumpamaan


Bahasa Perumpamaan
Oleh : Arda Dinata


Bahasa diartikan sebagai lambang (bunyi bahasa) yang dipakai manusia untuk melahirkan pikiran dan perasaan. Atau bisa juga merupakan perkataan-perkataan yang dipakai oleh suku bangsa, negara, daerah, dan lainnya. Sedangkan perumpamaan berarti ibarat, amsal, persamaan (perbandingan), atau peribahasa. Jadi, bahasa perumpamaan itu adalah bahasa berupa ibarat, amsal, perbandingan, atau peribahasa yang digunakan untuk melahirkan pikiran/ perasaan tentang sesuatu hal.


Dalam Al-Quran banyak kita temui ayat-ayat yang menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Baik yang menyangkut peringatan, kabar gembira maupun sindiran terhadap manusia. Bahasa perumpamaan itu digunakan dalam Al-Quran, tidak lain agar manusia selalu ingat terhadap isi pesan yang disampaikan Allah SWT.

Salah satu bahasa perumpamaan itu dapat kita temui dalam QS. Ibrahim: 24-25, ”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

Kalau kita telaah dan renungkan makna perumpamaan ayat tersebut, sungguh agung dan dalam artinya. Yakni pohon yang baik itu tidak lain adalah pohon kurma. Akarnya teguh sebagaimana dasar tauhid yang telah terhunjam ke dalam hati. Cabangnya menjulang tinggi, menandakan bahwa cabang iman, amal shalih dan ihsan adalah akan naik ke atas langit. Demikian pula, laksana pohon kurma yang daun-daunnya tidak jatuh berguguran, maka seorang mukmin diharapkan tidak berubah imannya karena hawa nafsu.

Lebih jauh, sifat pohon kurma ini jika dicabangkan, ia akan bercabang banyak dan tiap cabangnya itu akan berbuah. Begitu pun seorang mukmin jika dididik, maka ia akan terdidik dengan baik. Artinya, bila diperbaiki moral dan akhlaknya, maka ia akan terbentuk dengan baik.

Sementara itu, pohon kurma memiliki madu yang jernih dan minumannya adalah memberi kesembuhan. Hal ini memberi perlambang bahwa seorang mukmin hendaknya ide-idenya adalah memberi kesembuhan dan nasehat-nasehatnya itu laksana obat. Begitu pun dengan kebaikannya terlihat segera, sementara keburukannya begitu jarang nampak.

Akhirnya, tidak berlebihan bila Fudhail bin Iyadh mengatakan, ”Seorang mukmin adalah sedikit bicara, banyak bekerja. Sementara orang munafik adalah banyak bicara dan sedikit beramal.” Waallahu’alam.



Anda ingin seperti mereka? Daftar GRATIS:
Caranya SMS dengan format sbb:

REG.NO HP ANDA. NAMA ANDA.-..-
Contoh: REG.081809616519.CANTIK JELITA.-.-
Lalu SMS ke: 081320476048

22 Juli 2009

Menekuni Ilmu

Menekuni Ilmu
Oleh: ARDA DINATA
http://miqraindonesia.tk


Dalam suatu keterangan disebutkan Jabir bin Abdullah ra, pergi ke Syam menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk mendengar satu hadits saja dari Abdullah bin Unais ra. Hadits tersebut ialah bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya manusia itu nanti akan dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan tidak memakai alas kaki, tidak memakai pakaian dan tidak dikhitan." (HR. Muslim dari Aisyah).

Sementara itu, Abu Ayyub Al-Anshori pergi dari Madinah ke Mesir menemui 'Uqbah bin Amir hanya untuk mendengarkan satu hadits saja yaitu sabda Rasulullah Saw, "Barangsiapa mentutupi aib saudara muslimnya di dunia, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat." (HR. Bukhori dan Muslim).

Kisah ini, memberi pelajaran tentang bagaimana kegigihan seseorang dalam menyelesaikan studinya (menekuni dan mendapatkan ilmu). Begitu pun dengan kita saat ini, walau kita merasakan betapa mahalnya biaya pendidikan yang dirasakan para orang tua, semoga tidak mensurutkan niat baik kita untuk mencari ilmu pengetahuan itu. Sebab, keberadaan ilmu pengetahuan ini sangat dihargai oleh Islam.

Menuntut ilmu hukumnya wajib dan bagi mereka yang lalai menuntut ilmu tergolong melakukan perbuatan dosa. Atas dasar ini, penghargaan Islam terhadap ilmu sangat tinggi. Sampai-sampai Islam melarang seseorang mengerjakan sesuatu perkara tanpa mengetahui ilmunya (baca: QS. Al Israa': 36). Di sini, menunjukkan bahwa belajar menambah ilmu merupakan ketaatan kepada Allah, sebab mencari ilmu telah diwajibkan-Nya. Allah berfirman, "….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat …." (QS. Al Mujaadilah: 11).

Jadi, janganlah tunda niat baik untuk mencari ilmu dan menyelesaikan studi. Karena banyak ilmu pengetahuan (studi) lain yang perlu kita gapai. Sehingga semakin banyak kita menunda-nunda niat baik itu, maka saat itu pula penyesalan akan menyertainya. Bukankah, kesempatan itu datangnya hanya sekali dan sikap kita yang salah akan berbuah pada penyesalan di kemudian hari.

Bahkan kehidupan mengajarkan kepada kita, bahwa hidup ini harus bergerak –tidak boleh berhenti pada satu tempat saja--. Kita harus bergerak dari kegiatan satu ke kegiatan lainnya. Begitu juga halnya dalam proses studi, kita harus segera menyelesaikan studi. Dan bukan sebaliknya, kita menyia-nyiakan/menyepelekan kesempatan untuk menyelesaikan studi. Bahkan, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk terus menyambung satu pekerjaan dengan pekerjaan lain. Allah berfirman, yang artinya: "Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Alam Nasyrah: 7-8).

Pada konteks ini, berarti setiap muslim harus menekuni bidang ilmu yang sedang digeluti. Ia harus mencari dan terus mencari. Karena ilmu itu tidak akan datang kepada pencarinya, atau menyulap orang dalam sekejap menjadi orang-orang yang mahir dan ahli (baca: QS. An-Nahl: 78). Wallahu'alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

20 Juli 2009

Sikap Menghadapi Problematika Hidup

Oleh: ARDA DINATA
http://miqraindonesia.blogspot.com

Keluarga sakinah terbentuk bukan karena kosongnya kesulitan, ujian, dan problematika hidup. Tapi, ia terbentuk karena sikap dan cara menyikapinya dengan benar yang menghampirinya. Adanya problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan keluar yang diambilnya. Dan agar manusia kreatif dalam mencari, menemukan keputusan yang tepat sebagai jalan keluar bagi problematika hidupnya.

Problematika hidup (dalam kelurga) merupakan sebuah keniscayaan dalam nuansa fluktuatif kehidupan manusia. Keberadaannya membikin hidup lebih hidup. Tidak membosankan. Bukankah watak manusia selalu bosan dengan kondisi realita yang tidak berubah. Artinya bukan kita bermaksud menantang problematika hidup untuk datang, tapi lebih didasarkan agar kita bisa bersikap positif dan benar dalam menghadapinya.

Untuk itu, setiap kita yang ingin membentuk tatanan keluarga sakinah harus mempersiapkan diri sedari awal berupa kemampuan menghadapi berbagai problema kehidupan. Sosok demikian, tidak lain merupakan wujud dari manusia saleh.

Dalam Islam digambarkan didikan dari manusia saleh ini adalah manusia yang memiliki ketakwaan yang senantiasa mengabdi kepada Tuhannya dan berpegang teguh pada petunjuk Tuhannya. Di samping itu, ia juga yakin akan tujuan kehidupannya hanya semata-mata mengabdi kepada Allah.

Sosok manusia saleh, diungkap Dr. Syamsul Bahri Andi Galigo, dalam Alquran dan Peningkatan Kwalitas Manusia, adalah manusia yang berakhlakul karimah, lahir dan batin, menjadi percontohan dalam kehidupannya dan mudah memberi pengaruh kepada orang lain dan sulit untuk dipengaruhi karena landasan moralnya berupa hidayah Allah sudah menjadi prinsip dalam kehidupannya (QS. Al-Baqarah [2]: 38).

Totalitas sosok manusia saleh dapat kita temukan dan tercermin pada diri Rasulullah saw. Itulah sebabnya selaku umat Islam, mengapa kita harus menjadikan Nabi Saw sebagai uswah (suri teladan) bagi mereka yang ingin mendapat ridha-Nya. Lagian dalam Alquran ditegaskan ada beberapa ciri manusia saleh ini, yaitu memiliki iman, amal saleh, selalu berpesan mempertahankan kebenaran dan tabah menghadapi problematika hidup.

Menurut Ibrahim al-Wazir, dalam Iman dan Amal Saleh diungkapkan bahwa iman dan amal saleh tidak bisa dipisahkan dalam kenyataan hidup, karena iman laksana dynamo pada mesin, sedang amal saleh adalah manfaat yang diperoleh dari mesin itu akibat pengaruh dynamo tersebut. Mempertahankan kebenaran adalah hak asasi setiap manusia yang terpendam di dalam hati sanubari, maksudnya setiap orang cinta kebenaran, namun didalam kehidupan ini terkadang manusia membohongi dirinya sendiri. oleh karena itulah mempertahankan suatu kebenaran –apalagi kebenaran dari Yang Maha Kuasa—jelas menunjukkan sifat mulia yang tidak pernah luput pada diri seorang manusia saleh.

Sabar dalam Hidup

Hidup di dunia ada kalanya kesulitan datang dan ada pula kenikmatan yang menghapiri kita. Ia datang bisa silih berganti. Untuk itu, kita diajarkan oleh Rasulullah menyikapinya dengan sabar dan syukur. Bersabar bila ada kesulitan dan bersyukur ketika kenikmatan datang kepada kita. Konsep dasar inilah yang harus kita tanamkan dalam setiap anggota keluarga kita.

Hakikat sikap sabar, tidak lain tahan menderita terhadap sesuatu yang tidak disenangi hati dan perasan dengan penuh kesadaran sambil tawakkal kepada Allah. Ingat, tugas kita dalam hidup ini hanya luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.

Oleh karena itu, tidaklah disebut sabar apabila menahan dirinya itu disebabkan keterpaksaan atau dipaksa. Tepatnya, sabar termasuk satu kesatuan jiwa yang dapat menentukan sikap. Sehingga sikap sabar bagi kehidupan kelurga adalah dengan memposisikan setiap problematika hidupnya sebagai proses pendewasaan kwalitas kehidupan yang penuh arti dan bermakna.

Pada tatanan yang lebih dasar, sabar merupakan sikap yang memancar dari dalam hati, yang tegak di atas penyerahan diri sambil memohon pertolongan kepada Allah Swt. "Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan dengan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 153).

Agar sabar yang kita bangun lebih maksimal, maka sudah seharusnya kita mengetahui beberapa tingkatan sabar ini. Pertama, sabar dalam arti mampu menahan diri dari berbuat maksiat, dosa dan segala bentuk kejahatan dan keburukan (baca: QS. Az-Zumar [39]: 10).

Kedua, sabar dalam arti menerima segala mcm musibah yang menimpa atau ditimpakan oleh Allah sambil berusaha mencari jalan keluarnya.

Ketiga, sabar dalam arti tidak memberikan reaksi balik terhadap segala macam fitnah, isu maupun sikap jahat dan perlakuan negatif dari orang lain yang diarahkan kepada dirinya karena dikhawtirkan akan menambah buruknya suasana.

Keempat, sabar dalam arti mendoakan kebaikan atas orang yang melakukan tindakan atau sikap jahat seperti sabarnya para ulul azmi (orang-orang yang mempunyai keteguhan hati), sambil tawakkal kepada Allah.

Akhirnya, apapun kesulitan dan kesengsaran dalam problemtika hidup yang menimpa tatanan keluarga kita, maka harus disikapi dengan sabar. Sabar bukan berarti diam, tidak boleh menangis, dan sedih. Tapi, sabar yang lahir dari sikap menerima problematika hidup sebagai bagian dari takdir. Sehingga ia akan menjadi ketenangan yang melindungi dari penyesalan yang tak berujung. Wallahu'alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqraindonesia.tk

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

19 Juli 2009

Menjadi Pribadi Tangguh

Oleh Arda Dinata
http://miqraindonesia.tk


Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya jiwa manusia itu mempunyai saat di mana ia ingin beribadah dan ada saat di mana enggan beribadah.” Diantara dua keadaan itulah manusia menjalani kehidupan ini. Dan diantara dua keadaan itu pula nasib manusia ditentukan.

Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa sekenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.

Pribadi tangguh ini, tidak lain merupakan pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, medapat rezeki, dll. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dll., maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.

Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata secara fisik. Tapi lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat. Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, ada hadits Nabi Saw yang menyebutkan bahwa: “Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik dari mukmin yang lemah.” Jadi, manusia tangguh dam kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa kesuksesan menurut pandangan Al-Quran itu memiliki dua syarat pokok. Yakni iman dan ilmu (QS. 58: 11). Kedua hal ini, kalau kita kaji secara rinci, jelas-jelas memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman yaitu berupa: kekuatan berpikir (quwatul idraak), kekuatan fisik (quwatul jismi), dan kekuatan ruh (quwatur ruuh).

Untuk mencapai kekuatan iman itu, kuncinya terletak pada pribadi sobat eL-Ka masing-masing. Dan kalau kita cermati, sebenarnya pembentukan sifat pribadi tangguh ini adalah berawal dari sifat optimisme yang menyelimuti pola pikir orang tersebut. Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita pun harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri.

Mungkin sobat eL-Ka bertanya, berpikir positif kepada siapa? Paling tidak ada empat taktik berpikir positif yang perlu sobat eL-Ka bangun dalam kehidupan keseharian agar menjadi pribadi tangguh.

1. Berpikir positif kepada Allah.

Setiap kejadian, peristiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Tugas sobat eL-Ka, hanya berpikir dan membaca. Ada apa di balik semua itu? Lalu, kita mengambil pelajaran dari kejadian itu dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku keseharian.

2. Berpikir positif terhadap diri sendiri.

Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada saja perbedaan antara keduanya. Sifat dan pribadi unik inilah yang harus sobat eL-Ka jaga. Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita menuju ridha-Nya. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau diri kita sendiri meremehkan dan tidak ‘mengangkatnya’.

Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel sperma yang disemprotkan bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus dinding telur ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, ‘sang juara’. Hal ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani hidup ini.

3. Berpikir positif pada orang lain.

Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nuraninya tidak menghendakinya. Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja dan menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.

Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi dan menjatuhkannya. Lalu jatuh, diangkat lagi dan seterusnya sampai ia bisa terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidak mendendam. Ia kalau waktunya bermain ‘cakar-cakaran’. Tapi, kalau diluar itu ia akur, damai kembali.

4. Berpikir positif pada waktu.

Setiap manusia diberi waktu yang sama, di mana pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau 86.400 detik sehari. Waktu itu, ingin sobat eL-Ka apakan? Kita gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, mengeluh, berdemontrasi, bergunjing, santai, menuntut ilmu, menolong orang lain, melamun, ibadah, dan lainnya. Waktu itu tidak akan protes.

Yang jelas, setiap detik hidup sobat eL-Ka akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hadapan Allah SWT. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh dan berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman, yang artinya: “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

TAMAN TAMAN KEBENINGAN HATI


TAMAN TAMAN KEBENINGAN HATI
Oleh: Arda Dinata

ALHAMDULILLAH , segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat-Nya serta shalawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi Muhammad Saw dan para manusia pilihan-Nya.

Buku yang berada di tangan pembaca ini adalah kumpulan tulisan saya yang sebelumnya diperuntukkan sebagai isi rubrik utama Tabloid MQ (Manajemen Qolbu). Tulisan-tulisan dalam rubrik tersebut oleh pengelolanya dimaksudkan sebagai alat bagi tersebarnya pemikiran keislaman ala MQ. Dan saat itu, saya mendapat kepercayaan membuat tulisan bernuansa MQ untuk mengisi rubrik telaah utama deskriptif, sejak tahun 2001 sampai 2003. Adapun isi dari bahasan dalam lini rubrik itu berupa uraian teoritis, contoh pengalaman nyata, baik dari hadis, kisah sahabat, atau kisah teladan jaman sekarang.

Dalam kumpulan tulisan-tulisan ini, sebagian sudah pernah dimuat dalam rubrik utama deskriptis Tabloid MQ dan sebagian yang lain belum sempat dipublikasikan. Akhirnya, setelah saya susun kembali dengan usaha penambahan di sana-sini, jadilah buku kecil ini. Dan kemudian saya beri judul: TAMAN TAMAN KEBENINGAN HATI.

Keberadaan taman merupakan simbol dari sebuah rumah yang terpelihara atau tidak. Sebab, kalau kita terbiasa merawat taman, niscaya merawat rumah bukan pekerjaan yang sulit. Sehingga, perilaku merawat taman memang harus dilakukan secara telaten dan terus menerus. Pasalnya, di taman itu ada sejumlah jenis tanaman. Dan kita tahu tanaman adalah salah satu makhluk hidup ciptaan-Nya. Seperti layaknya makhluk hidup umumnya, tanaman itu pun lahir, tumbuh, dan terus berubah bentuknya.

Semua itu mengandung arti bahwa dengan merawat taman, berarti kita sejatinya tengah mengungkapkan rasa syukur atas nikmat mempunyai rumah. Apalagi jika taman-taman itu terpelihara dengan baik. Ia akan memancarkan kebeningan berupa kesejukan bagi setiap orang yang memandangnya, membuat nyaman dan tenang bagi mereka yang berada di lingkungan taman tersebut.

Begitu pun dengan manusia. Ia ibarat sebuah rumah. Dan sebagai taman-tamannya adalah perilaku kesehariannya yang merupakan cerminan dari kondisi hatinya. Dr. Ahmad Faried menggambarkan hubungan hati dengan organ-organ tubuh lainnya, laksana raja yang bertahta di atas singgasana yang dikelilingi para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan kata lain, bahwa hati itu adalah sebagai reaktor pengendali atau remote control sekaligus pemegang komando terdepan (utama). Oleh karena itu, semua anggota tubuh berada dibawah komando dan dominasinya. Di hati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladannya, dalam ketaatan atau penyimpangan.

Jadi, betapa indahnya bila hati kita dalam kebeningan. Karena suasana kehidupan manusia yang diselimuti oleh kebeningan hati akan selalu mengkonsulkan segala aktivitas hidupnya dengan indera perasa (kebenaran) dan suara hati nuraninya. Sebab, adakah yang lebih jujur dari hati nurani, ketika ia menyadarkan kita tanpa butiran kata-kata. Adakah yang lebih tajam dari mata hati, saat ia menghentak kita dari beragam kesalahan dan alpa. Singkatnya, sesungguhnya kondisi yang paling indah dari sebuah putaran kehidupan ini, tidak lain adalah di mana ketika kita mampu secara jujur dan tulus mendengar suara hati (keimanan).

Mudah-mudahan, secercah dari keindahan taman-taman kebeningan hati itu dapat kita peroleh melalui buku ini. Dan semoga saya, keluarga serta para pembaca dapat meraih inspirasi dan mampu merealisasikan nilai-nilai kebeningan hati dalam usahanya membangun keindahan “taman-taman” perilaku hidup keseharian.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada Tabloid MQ yang telah memuat dan mempublikasikan (sebagian) pemikiran saya dalam tulisan-tulisan ini dan terima kasih pula kepada penerbit MIQRA INDONESIA yang bersedia menerbitkan buku ini. Dan semoga buku ini memberi manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Amin.

DAFTAR ISI
PRA KATA -- 3
DAFTAR ISI -- 5

Bagian Pertama:
INDAHNYA HIDUP DENGAN BENING HATI

Indahnya Berkeluarga Dengan Bening Hati -- 9
Indahnya Bertetangga Dengan Bening Hati -- 12
Indahnya Bermu’amalah Dengan Bening Hati -- 14
Indahnya Berpolitik Dengan Bening Hati -- 15
Indahnya Memimpin Dengan Bening Hati -- 18
Indahnya Menuntut Ilmu Dengan Bening Hati -- 19
Bagian Kedua:
NIAT BAIK, JANGAN DITUNDA
Niat Baik Untuk Berkeluarga -- 22
Niat Baik Untuk Bersedekah -- 24
Niat Baik Untuk Berhaji -- 27
Niat Baik Untuk Mempunyai Anak -- 29
Niat Baik Untuk Menyelesaikan Studi -- 30
Bagian Ketiga:
NIKMATILAH SETIAP EPISODE HIDUP
Menikmati Episode Sakit -- 34
Menikmati Episode Menunggu Jodoh -- 36
Menimkati Episode Mencari Kerja -- 39
Menikmati Episode Jadi Bawahan -- 42
Menikmati Episode Belum Punya Rumah -- 44
Bagian Keempat:
JANGAN REMEHKAN HAL-HAL KECIL
Bagaimana Awal Kehidupan Manusia Dimulai? -- 48
Bagaimana Sebuah Kesuksesan Besar Terbentuk? -- 50
Bagaimana Amalan Kecil Memiliki Penghargaan Tinggi? -- 52
Bagaimana Unsur Paling Kecil Terbentuk? -- 54
Bagaimana Dosa Kecil Bisa Menjerumuskan? -- 55
Bagaimana Makhluk Kecil Begitu Menggemparkan? -- 57
Bagaimana Sebuah Perubahan Dimulai Dari Hal-hal Kecil? – 59
Bagian Kelima:
MEMULAI DARI DIRI SENDIRI

Memulai Dalam Hal Keteladanan -- 62
Memulai Dalam Hal Keilmuan -- 63
Memulai Dalam Hal Dakwah -- 65
Memulai Dalam Hal Ekonomi -- 66
Memulai Dalam Hal Menjaga Lingkungan Hidup -- 68
Bagian Keenam:
MENJEMPUT REZEKI, BUKAN MENCARI REZEKI
Menjemput Rezeki Dalam Arti Menjadi Pegawai -- 71
Menjemput Rezeki Dalam Arti Menjadi Pekerja Lepas – 73
Menjemput Rezeki Dalam Arti Menjadi Pemilik Usaha -- 75
Menjemput Rezeki Dalam Arti Menjadi Penanam Modal -- 77
Bagian Ketujuh:
BAHAGIA MENJADI ORANG BIASA
Biasa Ala Orang Yang Berilmu -- 82
Biasa Ala Orang Yang Berharta -- 83
Biasa Ala Orang Yang Diamanahi Jabatan -- 85
Biasa Ala Orang Yang Bergelar -- 88
Biasa Ala Orang Yang Diberi Kelebihan Fisik -- 90
Bagian Kedelapan:
INDAHNYA KEBERSAMAAN

Kebersamaan Dalam Persamaan Hak -- 94
Kebersamaan Dalam Tolong Menolong -- 95
Kebersamaan Dalam Cinta Mencintai Karena Allah -- 96
Bagian Kesembilan:
BER PIKIR DAN BERPERILAKU DEWASA

Dewasa Dalam Menyikapi Pluralitas -- 101
Dewasa Dalam Mengambil Keputusan -- 102
Dewasa dalam Menyikapi Kekalahan -- 104
Dewasa Dalam Kepribadian Manusia -- 104
Dewasa Dalam Menyikapi Kondisi Umat –- 105
Bagian Kesepuluh:
NIKMAT ADALAH KENDARAAN MENUJU ALLAH

Bagaimana Uang Menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 107
Bagaimana Tempat Usaha menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 109
Bagaimana Menuntut Ilmu Menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 110
Bagaimana Rumah Menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 112
Bagaimana Tubuh Menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 113
Bagaimana Keluarga Menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 114
Bagaimana Jabatan Menjadi Kendaraan Menuju Allah? -- 115
BIODATA PENULIS
Ebook ini berisi kumpulan tulisanku yang membahas tentang kebeningan hati. Isi ebook ini sangat berguna bagi Anda yang ingin mendapat motivasi sukses dalam mengelola hidup dengan BENING HATI, insya Allah. Anda berminat silahkan kirim Rp. 25 Ribu saja ke Bank BNI No. Rekening: 0118657077 atas nama Arda Dinata, lalu sms ke no. 081320476048.


Anda ingin seperti mereka? Daftar GRATIS:
Caranya SMS dengan format sbb:

REG.NO HP ANDA. NAMA ANDA.-..-
Contoh: REG.081809616519.CANTIK JELITA.-.-
Lalu SMS ke: 081320476048

Ada Apa dengan Virus?


Oleh: Arda Dinata

”Sejatinya penyebab demam berdarah ada dua virus, yakni virus dengue dan chikungunya. Namun, nyatanya keberadaan virus dengue menjadi penyebab terpenting demam berdarah. Makanya masyarakat luas lebih mengenal dengan istilah demam berdarah dengue (DBD).”
KEBERADAAN virus ini berbeda dengan bakteri. Apalagi virus itu dapat dikristalkan. Artinya ia bukan sel. Virus ini dianggap sebagai peralihan antara benda abiotik dan biotik.

Dalam perkembangannya, virus tersebut telah diketahui dalam berbagai macam bentuk virus. Ada yang berbentuk memanjang (batang), oval, bulat, dan ada pula yang seperti huruf T.

Lebih jauh, kalau kita teliti ternyata yang membedakan virus dengan mahluk hidup lainnya adalah virus hanya tersusun atas selubung (kapsid). Kapsid ini tersusun atas molekul protein, dan bagian ini tersusun atas asam nukleat. Jadi, virus itu tidak memiliki sitoplasma seperti pada sel, dan tidak memiliki organela, sehingga tidak melakukan metabolisme.

Atas dasar itulah, kelihatannya mengapa para pakar tidak menggolongkan virus sebagai sel atau organisme. Lebih-lebih ukuran virus ini yang sangat kecil, tidak memungkinkannya untuk memiliki struktur sebagaimana sel. Di sini, satu unit lengkap virus yang mampu menginfeksi organisme hidup disebut virian.

* *

DALAM dunia pengendalian penyakit bersumber binatang --terutama penyakit demam berdarah dengue-, keberadaan virus ini tentu memiliki peranan kunci dalam penyebaran penyakit yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Kita tahu, demam berdarah dengue ini disebabkan oleh adanya virus dengue yang ditularkan Aedes aegypti. Monster kecil inilah yang siap menyedot darah pada siang hari.

Lebih jauh, sejatinya penyebab demam berdarah ada dua virus, yakni virus dengue dan chikungunya. Namun, nyatanya keberadaan virus dengue ini menjadi penyebab terpenting demam berdarah. Makanya masyarakat luas lebih mengenal dengan istilah demam berdarah dengue (DBD).

Dalam banyak literatur disebutkan kalau virus dengue itu menyerang sel, dan kemungkinan besar adalah sel trombosit. Masa inkubasi penyakit ini dua minggu. Begitu gejala DBD muncul, sampai tiga hari virus ini masih hidup dan setelah itu, mereka akan mati.

Mengamati dan melihat fenomena keberadaan virus dengue yang begitu komplek ini, maka majalah inside edisi kali ini mencoba mengangkat tema seputar ekologi penularan penyakit akibat virus dan bagaimana kita mewaspadai penularan transovarial virus dengue ini. Semoga bermanfaat!***
SELENGKAPNYA ISI MAJALAH INSIDE TERSEBUT:
SUDUT REDAKSI …….. 2
DAFTAR ISI …… 3
CAKRAWALA …… 4
EDITORIAL:
Ada Apa dengan Virus? ...…

FOKUS UTAMA:
Waspadai Penularan Transovarial Virus Dengue ...… 6
Ekologi Penularan Penyakit Akibat Virus ….. 10
Respon Imunitas Tubuh Terhadap Virus …. 13
Merancang Anti Virus yang Efektif ….. 16
Mengenal Diagnosa Serologis Virus Dengue ….. 18
Identifikasi dan Isolasi Virus Dengue ….. 24

HASIL PENELITIAN:
Pengaruh Ekstrak Air Daun Bebandotan (Ageratum conyzoides) Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti ..... 28
Teknik Serangga Mandul Dalam Pengendalian Populasi Serangga Kesehatan ..... 38

SPIRIT LOKA:
Menjaga Motivasi dalam Bekerja …..50
Mengenal Karakter Media Massa ….. 54

ALTERNATIF:
Pengolahan Tanaman Obat Tradisional …. 59

PENDIDIKAN:
Waspadai Serangga Penular Penyakit …. 67
Validasi Data Dalam Pengembangan Database …. 73

LAPORAN DAERAH:
Kunjungan Dinkes Provinsi Jawa Timur …… 53

DUNIA PUSTAKA:
Terapi Herba Atasi Flu Burung dan Demam Berdarah …. 76

TAFAKUR:
Kenapa Berbuat Salah? ….. 78
Anda tertarik Majalah Inside (Versi PDF) tersebut, silahkan kirim Rp. 25 Ribu saja ke Bank BNI No. Rekening: 0118657077 atas nama Arda Dinata, lalu sms ke no. 081320476048.

18 Juli 2009

Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol

Oleh: Arda Dinata

PENGENDALIAN vektor DBD umumnya menggunakan insektisida sintetis, namun penggunaannya berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Jengkol (P. lobatum) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengendalian vektor DBD karena mengandung asam fenolat, alkaloid, terpenoid, dan saponin.
Lalu, bagaimana cara kerja ekstra air kulit jengkol ini sebagai insektisida botani, sehingga berpengaruh terhadap indeks pertumbuhan jentik Aedes aegypti, yang menyebabkan terjangkitnya demam berdarah dengue (DBD)?

Aedes aegypti

Penyakit DBD pertama kali mewabah di Indonesia tahun 1968. Jumlah penderita DBD dari tahun ke tahun semakin meningkat disertai dengan penyebaran yang meluas (Hasyimi, et.al; 1997). DBD merupakan penyakit yang disebab oleh virus dengue, termasuk kategori penyakit menular. Penyakit ini disebarkan melalui perantara nyamuk, terutama yang termasuk genus Aedes. Dan nyamuk Aedes aegypti ini termasuk dalam genus Aedes, famili culicidae, ordo diptera (Wijana; 1982).

Aedes aegypti dalam menularkan virus dengue dengan cara menghisap darah manusia yang mengandung virus dengue dan menularkannya kembali pada manusia yang belum terkena virus dengue. Mewabahnya penyakit DBD sampai sekarang belum ditemukan obatnya, sehingga salah satu usaha untuk mencegah penyebarannya dilakukan dengan cara pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti.

Pengendalian vektor Aedes aegypti dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup Aedes aegypti. Cara pemutusan rantai siklus hidup nyamuk terdiri dari empat macam, yaitu: melenyapkan penyebab penyakit (virus dengue), isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor), dan pengendalian vektor. Salah satu usaha pengendalian vektor adalah pada usia jentik. Adapun usaha pengendalian jentik (larva) nyamuk dilakukan dengan dua cara, yaitu pengendalian secara kimiawi dan biologi.

Pengendalian secara biologi, diartikan sebagai pengaturan populasi vektor dengan menggunakan musuh-musuh alamiah. Sedangkan pengendalian secara kimiawi, yaitu pengaturan populasi vektor yang salah satu caranya menggunakan larvasida. Pengendalian tersebut akan sangat mempengaruhi siklus hidup Aedes aegypti (Jumar; 2000).

Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, stadiumnya terdiri dari telur, larva (kemudian ditulis jentik), pupa, dan nyamuk dewasa. Stadium telur berwarna hitam dengan ukuran + 0,8 mm, berbentuk oval. Di sekeliling telur tidak terdapat kantung udara yang berfungsi sebagai alat untuk mengapung (Ditjen PPM & PLP; 2002). Telur itu, kemudian menetas menjadi jentik. Chistophers (1960) menyatakan bahwa jentik Aedes aegypti berbentuk silindris, terdiri dari caput yang berbentuk globuler, thorak, dan abdomen yang terdiri dari 8 segmen. Bagian caput terdapat bulu sikat yang digunakan untuk mencari makan dan sepasang antena. Bagian abdomen segmen ke-8, terdapat sifon sebagai alat pernapasan. Ciri khas yang membedakan jentik Aedes aegypti dengan jentik Aedes lain ialah duri samping gigi sisir anal (baca: pada bagian comb).

Dalam perkembangannya, jentik Aedes aegypti ini mengalami pergantian kulit sebanyak tiga kali dari instar I, II, III, dan IV. Jentik instar I berukuran 1-2 mm, setelah 1 hari berubah menjadi instar II. Ukuran jentik instar II adalah 2,3-3,9 mm. Jentik instar II ini, setelah 2-3 hari akan menjadi instar III, yang memiliki ukuran 5 mm. Baru setelah 2-3 hari jentik instar III ini berubah menjadi instar IV dengan ukuran 7-8 mm.

Setelah jadi jentik instar IV, lalu berubah menjadi pupa. Ditjen PPM & PLP Depkes. RI. (2002), menyatakan bahwa pupa ini berbentuk seperti koma dan bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan dengan jentik. Pupa kemudian berubah menjadi nyamuk dewasa yang ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Mempunyai dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kakinya. Nyamuk Aedes aegypti dewasa, mempunyai panjang tubuh 3-4 mm. Mempunyai bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan punya ring putih pada kakinya. Posisi menggigit pada kulit manusia ialah mendatar (Ditjen. PPM & PL Depkes. RI; 2004).

Nyamuk Aedes aegypti dalam perkembangannya, hidup dalam dua tempat. Yakni 3 stadium berkembang di dalam air (telur, jentik, dan pupa) dan 1 stadium hidup di udara bebas (nyamuk dewasa). Sementara itu, kondisi air yang jernih merupakan tempat untuk pertumbuhan Aedes aegypti, mulai dari telur sampai pupa. Posisi jentik menggantung pada permukaan air membentuk sudut 45 derajat (Levine; 1994 dalam Nurchasanah; 2004). Sementara itu, nyamuk Aedes aegypti dewasa, biasanya terdapat di tempat-tempat yang lembap dan kurang terang (agak redup), misalnya kamar mandi, dapur, kelambu, pakaian yang menggantung, gorden, dan lainnya.

Jentik Aedes aegypti untuk mendapatkan makanannya yang berupa partikel-partikel kecil dari air tempat hidupnya dengan membuat pusaran air kecil dalam air dengan menggunakan bagian ujung dari tubuhnya yang ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Kisaran air tersebut menyebabkan bakteri dan mikroorganisme lainnya tersedot dan masuk ke dalam mulut jentik Aedes aegypti. Untuk proses pernapasannya sendiri, jentik Aedes aegypti menggunakan sifon. Luar biasanya, tubuh jentik Aedes aegypti ini mengeluarkan cairan kental yang mampu mencegah air untuk memasuki lubang tempat berlangsungnya pernapasan (Yahya; 2005).

Kalau kita teliti, ternyata stadium Aedes aegypti yang paling lama ialah berada dalam air, termasuk aktivitas makannya juga dalam air. Untuk itu, upaya pengendalian yang sesuai dengan stadium ini berupa abatisasi. Di mana, abatisasi merupakan pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetis. Penggunaan insektisida sintetis memang lebih mudah digunakan dan lebih efektif, namun penggunaan intektisida sintetis ini dinilai kurang baik karena dapat menimbulkan resistensi, resurgensi, dapat membunuh jasad yang bukan sasaran, serta menurunkan kualitas lingkungan (Metcalf & Luckman; 1982).

Untuk itu, salah satu insektisida alternatif yang berpotensi dalam mengendalikan populasi serangga adalah insektisida botani dari senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan (Schmutterer; 1990). Istilah lainnya adalah menggunakan insektisida botani. Penggunaan insektisida botani ini, menurut Syahputra (2001) dinilai lebih baik daripada insektisida sintetis, karena insektisida botani mempunyai sifat tidak stabil, sehingga lebih mudah didegradasi secara alami.

Ekstra kulit jengkol

Dewasa ini insektisida alami telah banyak ditemukan, salah satunya yang pernah diteliti Nursal (2005), yaitu ekstrak etanol daun lengkuas ternyata bersifat toksik terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti. Perlakuan efektif terjadi pada konsentrasi 0,98% dan waktu 8 jam. Sementara Muhaeni (2007), juga meneliti tentang pengaruh air rendaman gadung terhadap Anopheles aconitus dan bersifat toksik dengan nilai LC-50 36,63% setelah 24 jam. Selain itu, dilaporkan pula bahwa kulit jengkol berpotensi sebagai insektisida botani. Adalah Tjokronegoro; et.al (1989) yang mengamati para petani Ciwidey pernah menggunakan ekstrak air biji jengkol didorong oleh rasa frustasi menghadapi serangan hama wereng coklat.

Jengkol merupakan tanaman yang memiliki tinggi 5-15 m, dengan ranting menggantung. Tanaman ini memiliki tangkai daun utama dan poros sirip dengan satu kelenjar atau lebih dan berambut. Bentuk daun elips atau bulat telur terbalik miring dengan ujung tumpul 1,5-5 x 1-2,5 cm. Bunga beraturan, berbilangan lima. Bongkol berbunga 15-25 pada ujung ranting dalam malai. Kelopak bergigi sampai berlekuk. Tabung mahkota berbentuk corong, dari luar berambut. Benang sari banyak, panjang lebih kurang 1 cm; tangkai sari pada pangkal bersatu menjadi tabung. Bakal buah berambut, bertangkai, merah. Polongan bulat silindris, seringkali bengkok atau menggulung dalam 1-2 puntiran, diantara biji seringkali menyempit, panjang 6-12 cm, lebar 1 cm. Biji 1-10 mengkilap berwarna hitam dengan selumbung biji putih atau ros yang tidak sempurna (Steenis; 1975).

Sementara itu, dari hasil penelitian Rahayu dan Pukan (1998) diungkapkan kalau kandungan senyawa kimia dalam kulit jengkol yaitu: alkaloid, terpenoid, saponin dan asam fenolat. Asam fenolat ini di dalamnya termasuk flavonoid dan tanin. Tanin ini terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan sebagai pertahanan tumbuhan dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan (Howe & Westley; 1988).

Untuk senyawa saponin, termasuk dalam golongan triterpenoid. Golongan ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan, dan bersama-sama dengan subtansi sekunder tumbuhan lainnya berperan sebagai pertahanan diri dari serangan serangga, karena saponin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerap makanan (Applebaum; 1979, Ishaaya; 1986). Sementara itu, Smith (1989) menyatakan bahwa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga bersifat toksik.

Terkait dengan itu, Nurchasanah (2004) membagi insektisida berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh serangga menjadi tiga kelompok, yaitu: racun perut, racun kontak, dan racun pernapasan. Menurut Tarumingkeng (1992), racun perut ini menyerang organ utama pencernaan serangga, yaitu bagian ventrikulus. Ventrikulus merupakan bagian saluran makanan sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan. Insektisida yang terserap bersama sari-sari makanan selanjutnya akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh serangga oleh haemolimfe.

Bahan aktif dari kulit jengkol seperti alkaloid, terpenoid, saponin, dan asam fenolat dapat digunakan sebagai larvasida dengan cara mengekstrak kulit jengkol. Kulit jengkol digiling sampai berupa simplisia. Lalu, simplisia direbus dan dimaserasi selama tiga hari. Hasil maserasi disaring digunakan sebagai larutan ekstrak air kulit jengkol (Harborne; 1987). Dalam hal ini, pelarut yang dipakai adalah menggunakan air biasa, karena dapat dengan mudah diperoleh dan mudah untuk pembuatan ekstrak. Hasilnya, kemampuan ekstrak air kulit jengkol dalam mengendalikan populasi Aedes aegypti dapat diamati melalui kemampuannya menurunkan indeks pertumbuhan jentik Aedes aegypti.

Di sini, pengukuran indeks pertumbuhan dilakukan dengan mengamati pengaruh air kulit jengkol yang diujikan terhadap pertumbuhan hewan uji dari instar I sampai pupa. Zhang, et.al. (1993) mendefinisikan pertumbuhan serangga dalam stadium jentik sebagai suatu kemampuan untuk berganti kulit dan berkembang menjadi instar selanjutnya. Jumlah pergantian kulit menunjukkan perkembangan, dan jika seekor serangga tidak mengalami pergantian kulit, maka diasumsikan bahwa serangga tersebut tidak tumbuh.

Dengan kata lain, indeks pertumbuhan (growth indeks/GI) didefinisikan sebagai jumlah stadium yang dicapai oleh individu di bawah kondisi eksperimen dibagi dengan jumlah stadium tertinggi yang akan dicapai oleh populasi control. Di sini, Zhang, et.al., menyatakan apabila nilai GI = 1, berarti semua jentik berhasil menjadi pupa, tetapi bila GI = 0, berarti semua jentik mati pada instar awal. Namun, apabila nilai GI terletak antara 0 dan 1, berarti ada jentik yang berhasil menjadi pupa. Arti lainnya, sebagian dapat tumbuh tetapi belum menjadi pupa, dan sebagian lagi ada yang mati pada setiap instar. Semakin banyak yang mati pada instar awal, maka nilai GI semakin kecil dan sebaliknya.

Atasi pertumbuhan jentik

Dari hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Diah Prastiwi Tanjung (2007) di Laboratorium Entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis, tentang “Indeks pertumbuhan larva nyamuk Aedes aegypti yang terdedah dalam ekstrak air kulit jengkol” didapat data bahwa indeks pertumbuhan yang diperoleh berkisar antara 0 dan 1 terdapat pada semua konsentrasi, yaitu: 0%, 9%, 18%, dan 36%. Hal ini berarti bahwa apabila jentik atau larva nyamuk Aedes aegypti ini didedahkan dalam ekstrak air kulit jengkol dengan konsentrasi tersebut, maka terdapat sebagian jentik menjadi pupa, sebagian tumbuh tetapi belum menjadi pupa, dan sebagian lagi ada yang mati pada instar awal. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak air kulit jengkol berpengaruh terhadap pertumbuhan jentik Aedes aegypti.

Di sini, kalau kita telaah lebih lanjut, kematian jentik Aedes aegypti yang terdedah dalam ekstrak air kulit jengkol, maka kemungkinan disebabkan oleh senyawa yang terkandung dalam ekstrak air kulit jengkol tersebut. Hal ini didasarkan pada data analisis fitokimia yang dilakukan oleh Ambarningrum, dkk. (2006), yang menyebutkan bahwa ekstrak air kulit jengkol ini mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, dan terpenoid. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat anti makan dan juga bersifat toksik. Tanin dan flavonoid merupakan senyawa yang termasuk dalam kelompok fenol.

Kalau kita perhatikan, dari aktivitas tanin ini dapat menurunkan kemampuan mencernakan makanan pada serangga dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase). Tanin juga mampu mengganggu aktivitas protein pada dinding usus. Respon jentik terhadap senyawa ini adalah menurunnya laju pertumbuhan dan gangguan nutrisi (Howe and Westle; 1990).

Sementara untuk saponin merupakan kelompok triterpenoid yang termasuk dalam senyawa terpenoid. Aktivitas saponin ini, ternyata dapat mengikat sterol bebas dalam pencernaan makanan, di mana sterol berperan sebagai prekusor hormon ekdison, sehingga dengan menurunya jumlah sterol bebas akan mengganggu proses pergantian kulit pada serangga (moulting). Sedangkan untuk senyawa saponin ini, apabila dikocok dengan air maka akan menghasilkan buih dan bila dihidrolisis akan menghasilkan gula dan sapogenin (Mulyana; 2002).

Kaitannya dengan proses masuknya toksin dalam tubuh jentik, menurut Keilin dan Clement, seperti dikutip Muhaeni (2007), ekstrak air kulit jengkol masuk ke dalam tubuh jentik nyamuk bersama dengan makanan dan air yang masuk melalui mulut. Penetrasi racun terjadi di daerah usus tengah di mana daerah tersebut terdapat aktivitas absorpsi makanan melalui jaringan epithelium dan hasilnya akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh haemolimfe. Adapun mekanisme keracunannya berupa kerusakan pada jaringan epithelium pada usus tengah yang mengabsorpsi makanan. Kegagalan absorpsi tersebut mengakibatkan malnutrisi, sehingga pertumbuhan jentik terhambat dan akhirnya terjadi kematian jentik.

Dalam bahasa Siswowijoto (1988), gejala yang muncul bila hewan mengalami keracunan adalah melalui empat fase. Yaitu perangsangan, kejang-kejang, kelumpuhan, dan diakhiri dengan kematian. Periode perangsangan ditunjukkan oleh gejala perubahan tabiat dari tingkah laku hewan dari keadaan biasa, kemudian menjalar sampai tingkat antena dan bagian mulut. Gejala ini dilanjutkan pada tingkat kelumpuhan dan berlanjut pada organ respirasi, akhirnya mengalami kematian.

Jadi, ekstrak air kulit jengkol ini dapat berpengaruh terhadap indeks pertumbuhan jentik Aedes aegypti, dan langkah ini tentu dapat diaplikasikan dalam program pemberantasan jentik Aedes aegypti di daerah endemis DBD. Hasilnya, DBD kabur karena jentiknya tidak berkembang, dan lingkungan pun tidak tercemar berkat ekstrak kulit jengkol.***

Penulis, pemerhati masalah kesehatan lingkungan dan bekerja di Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

ARDA DINATA
d.a. Kantor Loka Litbang P2B2 Ciamis
Jalan Raya Pangandaran Km. 3
Kp. Kamurang Ds. Babakan Kec. Pangandaran – Ciamis
Telp/Fax. (0265) 639375.
Hp. 081 320 476048
Email: arda.dinata@gmail.com
http://ardadinata.tk/

REKENING BANK:
Bank Muamalat Cabang Bandung.
Nomer Rekening: 101.14407.22
Atas nama: Arda Dinata.

Daftar Pustaka:

Agus Kardiman; 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Ahmad Abdullah dan Soedarmanto; 1979. Budidaya Tembakau. Jakarta: C.V. Yasaguna.

Dina Muhaeni; 2007. Skripsi Pengendalian Larva Anopheles aconitus Sebagai Vektor Malaria Dengan Air Rendaman Gadung. Purwokerto: Fakultas Biologi Universitas jenderal Soedirman.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah; 2004. Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Ditjen. PPM dan PLP; 1993. Malaria Entomologi 10. Jakarta: Depkes. R.I.

Ditjen. PPM dan PLP; 1993. Malaria Tindakan Anti Larva 5. Jakarta: Depkes. R.I.

Djarir Makfoeld; 1982. Mengenal Beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Dwi Sarwani; 2007. Materi Kuliah P2M Pemberantasan Vektor Malaria. Purwokerto: Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto.

H. Adang Iskandar, dkk.; 1985. Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS). Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes. R.I.

J. Supranto; 1992. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nasution S; 2000. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Novizan; 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Panut Djojosumarto; 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Rudi C Tarumingkeng; 1992. Insektisida, Sifat, Mekanisme dan Dampak Penggunaannya. Jakarta: Ukrida.

Subiyakto Sudarmo; 1991. Pestisida. Yogyakarta: Kanisius.

Ada Apa dengan DBD?

Oleh: Arda Dinata
http://miqraindonesia.tk

PENYAKIT DBD (demam berdarah dengue) masih menjadi masalah nasional, termasuk di Priangan. Kasus DBD ini timbul tengelam di wilayah Priangan seiring pergantian musim (memasuki musin hujan) dan kondisi sanitasi lingkungan yang mendukung. Sebagai contoh di Sumedang saja berdasarkan data dari Januari samapi Desember 2008 terjadi 534 kasus DBD dengan jumlah korban meninggal tujuh orang atau 1,31 persen tingkat kematian (VCR/Case Fatality Rate). Sedangkan pada 2007 terjadi 841 kasus DBD dan meninggal 11 orang (1,30 persen).

Lalu, bagaimana seharusnya kita memaknai munculnya kasus DBD ini? Strategi pokok apa yang dilakukan dalam penanggulangan DBD di wilayah Priangan ini? Melalui tulisan ini penulis berbagi wacana dengan pembaca seputar ada apa dengan DBD ini?.

Kalau mau jujur, sesungguhnya adanya kasus DBD ini dapat kita maknai sebagai introspeksi terhadap kondisi lingkungan sekitar kita. Tepatnya, terhadap keberadaan serangga pembawa virus DBD. Mengapa? Sebab, kalau kita jujur, sesungguhnya nyamuk, lingkungan dan manusia itu adalah tiga hal yang saling terkait. Ketiganya saling berinteraksi, mempengaruhi dan memberi kontribusi pada kondisi kesehatan masyarakat secara umum.

Nyamuk tergolong serangga yang telah berumur, yakni sudah melewati suatu proses evolusi yang panjang. Sehingga, pantas saja kalau serangga ini memiliki sifat yang spesifik dan adaktif tinggal bersama manusia.

Bila diperhatikan dan dilihat dari siklus hidupnya, nyamuk ini termasuk serangga yang mengalami metamorphosis sempurna. Mulai telur, larva (jentik), pupa dan nyamuk dewasa. Lebih jauh, dari tahap-tahap siklus hidup tersebut, nyamuk itu merupakan serangga yang sangat sukses memanfaatkan air (lingkungan), termasuk air alami dan sumber buatan (baik yang bersifat permanen maupun temporer).

Menurut Upik Kesumawati Hadi & F.X. Koesharto (2006) menyebutkan kalau tempat seperti danau, aliran air, kolam, air payau, bendungan, saluran irigasi, air bebatuan, septic tank, selokan, kaleng bekas dan lainnya dapat berperan sebagai tempat bertelur dan tempat perkembangan larva nyamuk.

Dalam bahasa Singgih H. Sigit (2006), lingkungkan permukiman manusia yang umumnya berupa suatu kompleks bangunan tempat tinggal berikut fasilitas yang berhubungan dengan pelbagai hajat hidupnya, termasuk juga jalan, selokan, berikut tanaman pekarangan dan hewan-hewan peliharaannya, merupakan sebuah ekosistem tersendiri yang unik. Lingkungan itu dibangun dan diciptakan terutama untuk kepentingan kenyamanan hidup manusia, tetapi pada kenyataannya banyak mahluk lainnya ikut memanfaatkan kondisi itu sebagai habitat, tempat istirahat serta tempat mencari makan.

Jadi, kita harus sadar kalau nyamuk itu adalah salah satu jenis hama yang kita kenal hidup atau berada di lingkungan permukiman manusia, yang keberadaannya dapat merupakan gangguan dan bahkan bahaya bagi manusia. Kondisi seperti itulah, realita yang mesti kita sadari.

Penanggulangan DBD

Kasus DBD ini sesungguhnya dapat ditanggulangi oleh warga masyarakat di wilayah Priangan. Yakni dengan memberantas nyamuk penularnya, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi belum ada. Pada dasarnya vektor DBD dapat dikendalikan dengan empat cara.

Pertama, pengelolaan lingkungan terhadap nyamuk dewasa dan pradewasa. Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan ini adalah mengusahakan agar kondisi lingkungan tidak disenangi nyamuk dewasa sehingga umur nyamuk berkurang dan tidak mempunyai kesempatan untuk menularkan. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara menambah pencahayaan ruangan dalam rumah, lubang ventilasi, mengurangi tanaman perdu, tidak membiasakan menggantungkan pakaian serta memasang kawat kasa. Sedangkan pengendalian terhadap nyamuk pradewasa meliputi pengelolaan lingkungan pada tempat perindukan. Yakni dengan menghalangi nyamuk meletakkan telurnya atau menghalangi proses perkembangbiakan nyamuk.

Kedua, pengendalian secara biologis. Yakni berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-musuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan kepala timah dan goppy. Ketiga, pengendalian secara kimia. Yakni berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan kimia sebagai racun, sebagai bahan penghambat pertumbuhan ataupun sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor harus mempertimbangkan kerentanan terhadap pestisida yang digunakan, bisa diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan organisme lainnya, stabilitas dan aktivitas pestisida, dan keahlian petugas dalam penggunaan pestisida.

Keempat, pengendalian terpadu. Langkah ini tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang dilakukan secara tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun lintas sektoral dan peran serta masyarakat.

Strategi pokok

Kegagalan kita mengalahkan DBD bukan disebabkan oleh kelangkaan dana, jeleknya sistem pemberantasan, atau lemahnya layanan kesehatan, melainkan lebih karena masyarakat sendiri belum diberdayakan, dan belum tergugah berpartisipasi bersama-sama melawan DBD. Hal ini disadari karena tangan-tangan pemerintah sendiri boleh dibilang kelewat pendek untuk menangani dan menjangkau luas serta lebarnya masalah DBD di tanah air.

Pada konteks pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan DBD ini, kita perlu melakukan kegiatan yang dikenal sebagai 3-M, yakni menguras bak mandi, membubuhi bubuk abate ke penampungan air, menutup wadah penampungan air, mengubur dan menimbun barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Agar usaha pemberdayaan masyarakat ini berjalan sukses, maka di masyarakat perlu strategi pokok pemberdayaan. Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang meliputi: penemuan kasus, pengobatan penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi dengan baik. Kedua, melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat kasus penderita DBD. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan penanggulangan fokus terhadap kasus DBD.

Ketiga, adanya penyuluhan dan pelatihan tentang DBD pada masyarakat, melakukan pemantauan jentik secara berkala, pemetaan kasus, dan pertemuan kelompok kerja DBD secara lintas sektor dan program. Keempat, melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) yang diadakan sebelum bulan penularan kasus DBD.

Akhirnya, segigih-gigihnya melakukan pengendalian terhadap (vektor) nyamuk, bila perilaku hidup bersih dan sehat masyarakatnya tidak mendukung, maka keberadaan nyamuk ini akan tetap menjadi ancaman (masalah). Untuk itu, biasakan kita untuk menjaga kebersihan sanitasi lingkungan. Sebab, inilah kunci dalam penanggulangan DBD.***

Arda Dinata, pemerhati masalah kesehatan lingkungan dan penulis buku “Bersahabat dengan nyamuk: jurus jitu terhindar dari penyakit akibat nyamuk.” http://ardadinata.tk.

INSTITUT MIQRA INDONESIA


BLOG IS MY SALESMAN ARDA DINATA:
ARDA BLOGGING SUCCESS:
| Arda News Success | Blogging Success | Wisdom Business | Quantum Writers | Inspiring Intelligence | Mosquito & Public Health | Getting Rich | Writers Success | Sprituality Health | Farmakologi | Sanitary | Physiology | House Keeping | Pollution News | Photografy|


| ARDA EKLIPING INDONESIA | Cara Menjadi Kaya | Dunia Kesehatan Spritual | Dunia Pustaka dan Referensi | Dunia Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang | Dunia Kesehatan Lingkungan | ALIFIA E-Clipping and Reviewing | Reuse News Indonesia | ARDA Reseller News | Rahasia Penulis Sukses | Reseller News Indonesia |

MENU ARDA EKLIPING INDONESIA:
| BERANDA KLIPING | KLIP IPTEK | KLIP PSIKOLOGI | KLIP WANITA | KLIP KELUARGA | KLIP ANAK CERDAS | KLIP BELIA & REMAJA | KLIP GURU & PENDIDIKAN | KLIP HIKMAH & RENUNGAN |

MENU HIDUP SEHAT DAN KAYA:
| Dunia Spritual dan Kesehatan | Rahasia Menjadi Kaya | Dunia Reseller | Reuse News | Pustaka Bisnis |


MENU ARDA PENULIS SUKSES:
| Inspirasi Penulis | Rahasia Penulis | Media Penulis | Sosok Penulis | Pustaka Penulis |


MENU AKADEMI PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG:
| Dunia P2B2 | Dunia NYAMUK | Dunia LALAT | Dunia TIKUS | Dunia KECOA | Pustaka P2B2 |


MENU AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN:
| Inspirasi ARDA | Dasar KESLING | P.Sampah | Tinja & Aair Limbah | Binatang Pengganggu | Rumah & Pemukiman Sehat | Pencemaran Lingkungan Fisik | HYPERKES | Hygiene Sanitasi Makanan | Sanitasi Tempat Umum | Air Bersih | Pustaka Kesehatan |


MENU MIQRA INDONESIA:
| Home Inspirasi | Opini | Optimis | Sehat-Healthy | Keluarga-Family Life | Spirit-Enthusiasm | Ibroh-Wisdom | Jurnalistik | Lingkungan-Environment | Business | BooK | PROFIL | Jurnal MIQRAINDO | Reseller News Indonesia |

DAFTAR KORAN-MAJALAH INDONESIA:
| Pikiran Rakyat | KOMPAS | Galamedia | Republika | Koran Sindo | Bisnis Indonesia | Sinar Harapan | Suara Pembaruan | Suara Karya | Suara Merdeka | Solo Pos | Jawa Pos | The Jakarta Post | Koran Tempo | Media Indonesia | Banjarmasin Post | Waspada | Suara Indonesia Baru | Batam Pos | Serambi Indonesia | Sriwijaya Post | Kedaulatan Rakyat | Pontianak POS | Harian Fajar | Harian Bernas | Bangka Post | Harian Surya | Metro Banjar | Pos Kupang | Serambi Indonesia | Kontan | Majalah Gamma | Majalah Gatra | Majalah Angkasa | Majalah Intisari | Majalah Info Komputer | Majalah Bobo | Majalah Ummi | Majalah Sabili | Majalah Parentsguide | Majalah Suara Muhammadiyah | Majalah Amanah | Majalah Tabligh | Majalah Insight |Majalah Annida | Majalah Network Business | Tabloid PC+ | Majalah Komputer Easy | Tabloid NOVA |Loka Litbang P2B2 Ciamis |


MIQRA INDONESIA GROUP
Kantor Pusat
: Jl. Raya Panganadaran Km.3 Pangandaran Ciamis 46396
Telp. (0265) 630058
Copyright © 2006-2010, Miqra Indonesia,
Email : miqra_indo@yahoo.co.id
Homepage : http://www.miqra.blogspot.com/
Design by Arda Dinata,
Wong Tempel Kulon - Kec. Lelea - Kab. Indramayu - Indonesia